Barangkali acara pelatihan atau training sudah jamak diselenggarakan untuk anak Panti Asuhan. Memang, saudara-saudara kita yang kebetulan kurang beruntung senantiasa butuh perhatian lebih. Tak hanya demi memotivasi dan mengenyahkan jauh-jauh mental inferior atau minder, training diharapkan dapat membentuk keterampilan penunjang hidup.
Didasari niat berbagi pengalaman dan harapan, Yayasan Republik Sosial yang punya slogan “ Kaya Bermanfaat, Miskin Bermartabat” menggandeng Senyum Community, Kertabumi RA dan Smartpreneur Community menyelenggarakan acara bertajuk “Senyum Anak Yatim : Bersama Menggapai Berkah”. Forum sharing ini digelar dua hari, yaitu tertanggal 3-4 Februari 2014 ini mengambil lokasi di Garden Cafe dan Kecombrang Cafe. Hadir sebagai pembicara adalah Angga Johan Saputra MH, seorang trainer kelas kakap yang berfokus pada pendampingan anak Panti. Peserta acara, yang jumlahnya seratus orang lebih, didatangkan dari Panti Asuhan Al Quddus, PA Al Falah, PA Darun Najah dan Mafaza Yogyakarta.
Anda tak salah jika membayangkan training ini berisi wejangan-wejangan pendongkrak semangat. Pun tak salah juga kalau menduga pemateri berusaha menyetir mindset peserta agar mengejar karier di dunia niaga, sebagaimana yang dilakoni Baginda Rasulullah dahulu. Namun, penulis menangkap satu benang merah penting dalam materi yang disampaikan oleh Kak Angga. Beliau dengan cerdas dan emosional menggunakan sosok orang tua sebagai tumpuan petuah. Hampir semua nasihat, kisah jenaka, dan materi video yang tertayang petang itu berangkat dari ekplorasi hubungan antara anak dan orang tua.
Kak Angga memberi satu pesan penting, yakni anak semestinya berusaha menjadikan mimpi orang tua sebagai prioritas. Seorang anak terkesan egois jika hanya fokus mengejar mimpinya sendiri tanpa pernah peduli, atau minimal tahu apa yang menjadi keinginan bapak atau ibunya. Ia berkisah kalau pemompa semangat hidupnya selama ini adalah mimpi memberangkatkan neneknya ke Tanah Suci. Sang nenek ibarat figur orang tua tunggal untuk Kak Angga karena sedari bayi ia sudah ditinggal ayah dan ibu kandungnya.
Kisah jatuh bangun yang penuh dinamika dirasakan Kak Angga dalam perjalanan menapak pendidikan dan penghidupan. Terlalu banyak jika harus dijabarkan satu-persatu disini. Yang jelas, beragam “keajaiban” datang menghampiri Beliau setelah ia mengamalkan dua hal : meminta doa ibu dengan tulus dan bersedekah tanpa lelah. “Pintu langit akan terbuka dengan doa ibu”, ujar Kak angga. Keputusan penting pun diambil dengan mengabdikan diri pada dunia sosial kemanusiaan, yakni trainer spesialis anak Panti. Kak Angga ingin membantu memompa asa dengan berbagi kisah inspiratif seputar impian, memuliakan orang tua, dahsyatnya sedekah dan nilai plus berkarier sebagai pengusaha.
Oh ya, satu lagi momen menarik yang harus disampaikan di sini. Ada suatu saat dimana pembicara meminta semua peserta acara menunduk selama lebih kurang 20 menit. Komat-kamit yang keluar dari mulut Kak Angga ternyata sangat ampuh menguras emosi segenap hadirin (termasuk panitia). Sepanjang 20 menit menjelang Maghrib tersebut, Kak Angga mengajak kita untuk mengingat sosok ayah dan ibu yang telah mati-matian berjuang menghidupi kita. Mereka itu manusia super, terus-menerus banting-tulang demi anak tanpa meminta timbal balik berlebih. Alunan musik melankolis serasi berpadu dengan gubahan syair renungan ala Kak Angga, dan hasilnya adalah banjir air mata di seantero ruangan!
“Bayangkan di kala kita berada di perut ibu, kita mengambil gizi dari semua makanan yang dilahapnya, membuatnya sembilan bulan menahan sakit….”
“Bayangkan sosok seorang pria, dia sudah berangkat mencari nafkah saat kita masih terlelap, tangannya kini telah mengeriput….”
Sungguh, narasi-narasi semacam itu membuat perasaan luluh, tak kuasa menahan laju air mata yang berontak ingin keluar. Mulut dan hidung sesenggukan menahan tangis. Terbayang bagaimana selama ini hati lalai dan malas bersyukur, padahal pengorbanan dua orang terpenting itu amat berat. Kita mungkin luar biasa sayang pada ayah-ibu tapi sering malu mengungkapkannya langsung karena satu dan lain hal. Kak Angga ingin kita belajar terbuka pada mereka, selagi umur masih ada, karena ridho orang tua (terutama ibu) adalah salah satu kunci sukses dunia-akhirat.
[Alfan Suhandi-SC]
Leave a Reply