Pernahkah Anda iseng bertanya dalam hati, seberapa sering Anda peduli pada anak yatim? Kalau pernah apalagi sering, Anda sungguh beruntung. Sebaliknya, jika jarang adalah jawabannya, maka Anda agaknya perlu sedikit “ditampar” agar sensitivitas pada kaum anak-anak dan remaja yang kurang beruntung tersebut muncul. Bukan bermaksud ofensif apalagi menakar kebaikan hati yang sebenarnya cuma Tuhan yang tahu. Anggap saja dua kalimat pertama tadi sebagai pintu masuk menuju keingintahuan yang lebih pada nasib orang-orang sekitar.
Maka, ketika ajang –atau lebih tepatnya “perayaan”- setiafest jilid II dihelat di Gedung Kesenian Koesnadi Hardjosoemantri UGM, kontan saja perasaan mengharu biru mengalir deras. Sepuluh panti asuhan dan ratusan anak ikut ambil bagian di even yang digelar Sabtu (22/3) mulai pukul 19.00 itu. Ragam kesenian ditampilkan dan dijamin punya kekhasan masing-masing. Besaran pengunjung sukar dihitung secara pasti, yang jelas jumlahnya meningkat seiring melarutnya malam. Senyum Community sekali lagi sukses memadukan sokongan sponsor, arus deras informasi di media sosial, dan yang paling penting kerelaan untuk bergerak membantu sesama. Kredit besar untuk panitia setiafest atas kerelaan tersebut.
Setiap sesi pertunjukan punya nilai dan pesannya masing-masing. Ada yang mencoba menyindir situasi terkini dimana permainan tradisional anak-anak mulai hilang ditelan zaman. Duta-duta cilik asal Panti Asuhan Sehati Lempuyangan beraksi layaknya tidak sedang berada di atas panggung. Permainan ular naga ditampilkan dengan mimik muka dan tawa alamiah ala bocah. Kebetulan Sehati merupakan penampil pertama malam itu. Suasana makin meriah karena ternyata beberapa anak mengitari lokasi acara dengan sepeda onthel.
Lain lagi dengan kumpulan pemudi dari Panti Zuhriyah, yang dengan tingkat pede luar biasa bergaya lipsing layaknya grup girlband kondang. Mungkin itu semacam pesan tersirat dari mereka, “siapa bilang cewek panti gak gaul alias melek dunia musik?” Kekaguman hanya bisa bertambah saat mengetahui kalau gerakan-gerakan luwes tersebut dikoreografi sendiri oleh para pelakunya. Mereka mengkreasi gaya sendiri, secercah talenta yang sayang kalau tampil hanya di setiafest, bukan?
Jika boleh subjektif, performa paling menyentuh malam itu ditampilkan oleh Panti Yaketunis dan Al Falah. Yang disebut pertama merupakan pondok untuk mereka yang berkebutuhan khusus, tepatnya di sisi penglihatan. Duet Yaketunis (satu vokal, satu orgen) membawakan tiga lagu populer di Indonesia, salah satunya berasal dari Fatin “aku memilih setia”. Fatin menjadi inspirasi sekaligus idola si penampil yang terang-terangan bilang ingin menapak jalan jebolan X-Factor itu. Susah untuk tidak terhenyak, atau minimal terharu saat melihat penampilan wakil Yaketunis. Bukan soal kualitas suara atau alunan instrumennya. Ini murni tentang bagaimana selama ini kita menyukuri karunia Tuhan lewat kelengkapan panca indera.
Adapun perwakilan Al Falah menguasai hadirin via peragaan musikalisasi puisi. Ragam dialog dan monolog ditampilkan, dengan satu yang menarik simpati yakni kala seorang bocah berpuisi tentang kerinduan akan sosok seorang ibu. Coba Anda bayangkan, anak yang sehari-hari hidup tanpa ibu bersyair dengan sepenuh jiwa, melontarkan kata-kata rindu yang tulus pada sang pembuka jalan kehidupan. Apalagi adegan yang lebih sedih dari ini?
Panti lain tidak kalah apik malam itu, namun tentu tidak mungkin dijabarkan satu persatu di sini. Yang jelas, pesan itu tersampaikan. Pesan bahwa kaum marginal yang katanya ditanggung oleh Negara menolak berpangku tangan atau hidup stagnan. Apa yang tersaji di setiafest semoga bisa menjadi gambaran semangat berkobar anak panti demi hidup yang lebih baik. Karena selain penampilan berbau seni budaya atau suguhan ngepop di atas panggung, jiwa wirausaha mereka juga terasah lewat aksi bazaar. Aneka panganan ringan dan souvenir buatan sendiri ditawarkan. Semoga saja ke depannya bakat-bakat itu bisa “go public”, seperti apa yang diharapkan si empunya acara.
Lewat setiafest, Senyum Community mencoba memasuki relung-relung logika setiap yang menyaksikan, dimana sebenarnya ada sisi perasaan kita yang haus akan kenikmatan berbagi. Berbagilah selagi bisa, apapun medium dan perantaranya.
Salam Senyum.
Bangga jadi salah satu bagian dari acara tersebut, semoga kedepanya SETIA FEST makin keren,makin heboh,makin besar dan makin di terkenal. dan terwujudnya cita-cita dari acara tersebut. amin ya robbal alamin