Jogja – Senyumkita.com, Sabtu 20 Juli 2013 Senyum Comunity kembali melanjutkan roud show senyum ceria ramadhan (SCR). Bertempat di panti asuhan Al Mafaza Umbulharjo, SCR ke 6 sukses digelar. Sekitar 45 anak apanti memenuhi aula panti asuhan mafaza. SCR 6 mungundang dua komunitas, yaitu; komunitas Jogja Berkebun dan komunitas Pagi Berbagi. Masing – masing menjelaskan program kerja kepada anak-anak panti. Komunitas Jogja Berkebun mengajak anak panti untuk kembali ke alam, berupa bercocok tanam atau berkebun.
Sharing berlangsung mulai jam 16.30 sampai berbuka puasa. Dari jogja berkebun mengajak anak panti dan seluruh masayarakat Indonesia untuk kembali ke alam, merawat dan melestarika alam. Lebih fokus kepada memanfaatkan tanah untuk bercocok tanam. Sebagian anak kota berpikir bahwa tomat, cabe dan buah yang dimakan berasal dari pabrik, bukan hasil kebun. Berawal dari hal kecil dan diri kita sendiri untuk mulai berkebun, minimal untuk konsumsi sendiri. Bila dikembangkan bisa untuk dijual, namun bukan itu fokus komunitas Jogja Berkebun.
Jogja berkubun sudah lama berdiri namun sempat fakum, baru tahun 2011 mulai bergerak kembali. Jogja berkebun adalah komunitas nasional yang induknya adalah Indonesia berkebun, komunitas Indonesia berkebun juga tersebar diberbagai kota besar termasuk Jogja. Banyak lahan pertanian yang berubah menjadi perumahan karena masyarakatlebih suka bekerja di gedung daripada di sawah. Padahal sawah atau kebun penghasil kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan pangan.
Arya dari jogja berkebun memberikan contoh negara jepang. Jepang yang sangat sedikit memiliki lahan untuk berkebunpun tetap berusaha bercocok tanam, dengan mengembangkan teknologi tanah buatan. Seharusnya Indonesia yang lebih punya lahan subur, bisa menghasilkan hasil kebun yang banyak. “harga cabe tinggipun tak jadi masalah, orang kita punya kebun sendiri”, tutur Arya.
Komunitas Pagi Berbagi juga membeberkan kegiatan dan awal berdiri komunitas ini. Awalnya komunitas Pagi Berbagi hanya berbagi sarapan kepada orang – orang yang membutuhkan. Dengan alasan sarapan atau makan pagi adalah awal memulai segala hal, kerja, sekolah dan aktifitas lain. “Bayangkan seorang anak bersekolah belum sarapan, pasti belajarnya tidak maksimal bahkan ngantuk” tutur salah satu perwakilan komunitas Pagi Berbagi.
Berbagi sarapan yang dilakukan bukan asal nasi, namun harus sarapan yang layak dimakan, biasanya memakai nasi bok. Mekanisme pembagian sarapan tidak hanya kawasan tertentu, tetapi dibagi beberapa titik dan tidak setiap hari ada di titik tersebut. Berawal dari berbagi sarapan saat pagi, komunitas Pagi Berbagi mulai berkembang dengan berbagi parsel saat lebaran, dan berbagi semua kepada yang membutuhkan.
Menurut anggota komunitas Pagi Berbagi, memberi secara langsung sangat berbeda, dibanding ketika berbagi melalui suatu lembaga, karena berbagi langsung bisa ketemu dan ikut merasakan. “ada rasa yang membedakan antara melalui lembaga dengan disalurkan langsung, bukan tidak percaya dengan lembaga tersebut, namun karena dorongan rasa ingin ketemu langsung dengan yang membutuhkan”, Pagi Berbagi.
Bukan hanya melulu berbagi sarapan, dibalik berbagi sarapan ada hal-hal positif yang bisa diambil. Yaitu, pagi hari sebelum orang berangkat kerja, pergi kesekolah, kita sudah dilapangan untuk berbagi. Termasuk melatih mental untuk selalu bangun lebih pagi dan memulai segala hal sejak pagi, dengan semangat pagi tentunya.
Sebagai penutup acara, komunitas Pagi Berbagi memberi sedikit donasi dan Senyum Comunity memberi kenang-kenangan untuk panti al Mafaza.[iroel]
Leave a Reply